mencetak lulusan siap kerja dan
kompeten sepertinya begitu jauh dengan kenyataan yang ada. Adanya permasalahan
yang dihadapi diantaranya adalah masih terdapat kesenjangan kompetensi lulusan
SMK dengan kebutuhan rill DU/DI, keadaan ini dapat diindikasikan dengan rendahnya
daya serap tenaga kerja lulusan SMK oleh DU/DI. Ditambah lagi dengan carut
marutnya rekrutmen tenaga pengajar /kepala sekolah dll yang penuh dengan aroma
kkn dan sangat kompleks untuk melakukan restorasi dalam dunia pendidikan
Saya membayangkan SMK ini menjadi
sekolah yang bebasis bisnis.dimana masing-masing jurusan mempunyai UNIT
PRODUKSI JURUSAN (UPJ) yang pengelolaannya serta operasionalnya bersentuhan
langsung dengan kegiatan ekonomi masyarakat untuk mewujudkan itu diperlukan
modal besar dan dukungan dari pemda dan dinas dinas terkait baik dukungan
sarana dan prasana maupun modal kegiatan kewirausahaan, SMK yang berbasis
bisnis ini banyak menguntungkan berbagai pihak.baik dari pihak pemda ,sekolah
maupun siswa dan siswi itu sendiri sehingga output dari SMK atau SMU bisa
langsung bekerja atau berwirausaha.,salah satu contoh kecil saja adanya dukungan kebijakan dari pemda setempat untuk mewajibkan setiap kendaraan dinas melakukan service dan pemeliharaan di SMK .begitu juga dengan kegiatan proyek pembangunan dan lain sebagainya. dari kebijakan itu berbagai keuntugan didapat baik bagi pemda sendiri maupun tenaga pengajar terutama bagi siswa maupun siswi yang bisa terjun langsung dalam kegiatan kewirausahaan sehingga mereka tidak canggung lagi menghadapi kompetisi di dunia kerja
Adanya program pemerintah jokowi
dengan kartu prakerja yang akan diberikan kepada siswa/siswi smk atau smu serta
perguruan tinggi yang sedang mencari kerja dan akan diberi pelatihan gratis
atau dana insentif selama 6 sampai 12 bulan.saya kurang setuju. seharusnya
program kartu prakerja tersebut di berdayakan pada saat siswa masih sekolah dengan memberdayakan
kegiatan kewirausahaan di upj masing masing jurusan sehingga out put dari SMK
atau SMU sudah siap dan langsung terjun ke dunia kerja tanpa harus menunggu sampai mereka
selesai menempuh pendidikannya.
Di era teknologi dan informasi
ini, persaingan dunia usaha menjadi semakin ketat. Siapa yang mengikuti dan
memanfaatkan perkembangan zaman akan semakin sukses, sedangkan yang diam saja
akan semakin tertinggal jauh. Tidak bisa dipungkiri, kreativitas menjadi sebuah
pembeda antara individu-satu dengan yang lainnya.
Rasanya sulit membayangkan jika
seseorang masih mengandalkan ijazahnya untuk mencari kerja ditengah lapangan
kerja yang semakin sempit. walaupun lapangan kerja semakin berkurang, namun
peluang berwirausaha semakin berlimpah ruah. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Karena zaman ini berpihak pada kreativitas, dimana setiap orang berlomba-lomba
untuk menghasilkan sebuah ide, produk dan jasa yang inovatif agar dapat
bersaing di dunia usaha.
Berwirausaha adalah jawaban yang
paling tepat untuk menjawab permasalahan seputar tenaga kerja. Selain dapat
menciptakan lapangan kerja baru, berwirausaha juga dapat meningkatkan
pundi-pundi pendapatan dengan potensi yang tidak terbatas. Oleh karena itu,
semakin banyak seminar-seminar dan himbauan yang mengajak masyarakat khususnya
generasi muda lebih khususnya lagi yakni siswa SMK/SMU untuk mulai berwirausaha
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam
laporan bulan Agustus 2011, menyatakan jumlah angkatan kerja pada Agustus 2011
mencapai 117,4 juta orang , dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia
pada Agustus 2011 mencapai 6,56 % atau 7,70 juta, dimana sebanyak 3,07 juta
adalah lulusan SLTA dan SMK. Dengan perbandingan jumlah antara SMA dan SMK di
Indonesia 51 : 49 dapat diartikan bahwa jumlah TPT untuk lulusan SMA kurang
lebih mencapai 1,56 juta dan jumlah TPT untuk lulusan SMK 1,51 juta.
Hal ini juga menjadi sorotan
Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Joko Sutrisno
bahwa “Di SMK wajib dilaksanakan latih dagang untuk siswa. Pokoknya, semua
program keahlian harus sampai pada mata rantai menjual dan mengembangkan. Ini
mengajarkan kewirausahaan yang nyata kepada siswa,” (Djoko, 26/1, Kompas.com).
Bekal kemampuan berwirausaha akan
membuat lulusan SMK yang tidak terserap dunia kerja bisa mandiri. Menurut Badan
Statistik Indonesia (BPS) terakhir pada januari 2012 jumlah wirausaha di
Indonesia hanya mencapai angka 1,56 persen dari jumlah penduduk di Indonesia.
Tentu prosentase itu terpaut jarak yang jauh dengan negara negara berkembang
lain. Padahal, idealnya suatu negara berkembang paling tidak harus memiliki 2%
wirausaha dari total penduduk.
Pentingnya implementasi
pendidikan kewirausahaan pada setiap mata pelajaran di SMK akan membuat pola
pikir siswa akan menjadi lebih terbuka. Pendidikan tingkat menengah, khususnya
SMK memiliki karakter yang unik dalam menghasilkan lulusan yang siap kerja.
Sesunguhnya potensi lulusan SMK bukan hanya siap kerja, namun memiliki peluang
besar ikut mengembangkan ekonomi melalui kewirausahaan. Siswa SMK yang sedang
menempuh pendidikan harus dipersiapkan tidak hanya untuk mengisi peluang kerja
sebagai pekerja pada dunia usaha dan industri, akan tetapi juga upaya pendidikan
yang memberikan lulusan SMK memiliki jiwa dan perilaku atau karakteristik
kewirausahaan.
Menjadi wirausaha adalah
pekerjaan yang sangat mandiri. Seorang wirausaha akan mendapatkan manfaat
mandiri finansial. Hal ini disebabkan oleh keleluasaan seorang wirausaha
mengatur kebijakan dan regulasi finansialnya sendiri. Hal lain yang menjadi
manfaat berwirausaha adalah terbangunnya semangat kompetisi pada diri wirausaha
tersebut. Dalam berwirausaha, salah satu tantangan yang harus dihadapi salah
satunya adalah persaingan dalam menjual produk. Oleh karena itu, tanpa disadari
para wirausaha akan mempunyai semangat kompetisi tinggi dalam melakukan
pekerjaannya.
Adanya karya konkrit menandai
sebuah awal yang bagus untuk pergerakan SMK. Inovasi - inovasi yang telah
tercipta diharapkan dapat menjadi penyulut semangat bagi siswa-siswa SMK yang
lain agar dapat berinovasi lebih jauh dalam berbagai wujud. Oleh karena itu,
wirausaha adalah solusi terbaik untuk anak SMK dalam bersaing di dunia kerja.
Bagaimana dengan bapak menteri
dan pak Jokowi? Apakah harapan kami dan seluruh Siswa SMK/SMU diseluruh
Indonesia ini bisa diwujudkan atau hanya sekedar janji janji saja


Tidak ada komentar:
Posting Komentar